
Mengapa perkawinan anak di bawah umur merugikan? ini penjelasannya
Perkawinan anak di bawah umur adalah sebuah masalah serius yang masih kerap terjadi di berbagai negara, termasuk Indonesia. Perkawinan anak di bawah umur merugikan tidak hanya bagi anak yang menikah, tetapi juga bagi masyarakat secara keseluruhan. Berikut ini beberapa alasan mengapa perkawinan anak di bawah umur merugikan:
1. Gangguan pada perkembangan anak
Perkawinan anak di bawah umur dapat mengganggu perkembangan fisik dan mental anak. Anak yang belum siap secara fisik maupun mental untuk menjalani peran sebagai seorang pasangan suami istri dapat mengalami tekanan yang berat, yang dapat berdampak buruk pada kesehatan fisik dan mental mereka.
2. Rendahnya tingkat pendidikan
Anak yang menikah di usia yang masih sangat muda cenderung putus sekolah dan tidak melanjutkan pendidikan mereka. Hal ini dapat menghambat perkembangan pribadi dan profesional mereka, serta membatasi kesempatan untuk meraih cita-cita dan meraih kesuksesan di masa depan.
3. Risiko kesehatan yang lebih tinggi
Perkawinan anak di bawah umur seringkali menyebabkan risiko kesehatan yang lebih tinggi bagi anak perempuan, seperti risiko kehamilan yang tidak direncanakan, komplikasi saat melahirkan, serta risiko kesehatan lainnya yang dapat membahayakan nyawa mereka.
4. Perkawinan yang tidak sehat
Perkawinan anak di bawah umur seringkali merupakan perkawinan yang tidak sehat, karena biasanya didasari oleh tekanan dari keluarga atau masyarakat, bukan karena cinta dan kesepakatan yang sehat antara kedua belah pihak. Hal ini dapat menyebabkan hubungan yang tidak harmonis dan tidak bahagia di masa depan.
5. Meningkatkan kemiskinan
Perkawinan anak di bawah umur juga dapat meningkatkan tingkat kemiskinan, karena anak yang menikah di usia yang masih sangat muda cenderung tidak memiliki keterampilan dan pendidikan yang memadai untuk mendapatkan pekerjaan yang layak dan menghasilkan pendapatan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka.
6. Melanggengkan siklus kemiskinan
Perkawinan anak di bawah umur juga dapat melanggengkan siklus kemiskinan, karena anak yang menikah di usia yang masih sangat muda cenderung memiliki anak di usia yang masih sangat muda pula. Hal ini dapat menyebabkan keluarga mereka terjebak dalam kemiskinan yang sulit untuk mereka lepaskan.
Dengan melihat berbagai alasan di atas, dapat disimpulkan bahwa perkawinan anak di bawah umur adalah sebuah masalah serius yang perlu diberantas secara tuntas. Pemerintah, masyarakat, dan keluarga perlu bekerja sama untuk memberikan pendidikan dan perlindungan yang cukup bagi anak-anak agar mereka tidak terjebak dalam praktik perkawinan anak di bawah umur yang merugikan ini.