Airlangga minta Inggris berlaku adil terhadap aturan Uji Tuntas
Airlangga minta Inggris berlaku adil terhadap aturan Uji Tuntas
Menteri Luar Negeri Indonesia, Retno Marsudi, telah meminta pemerintah Inggris untuk bersikap adil terhadap aturan Uji Tuntas yang diterapkan terhadap pelajar Indonesia yang ingin belajar di negara tersebut. Permintaan ini disampaikan oleh Menteri Airlangga Hartarto dalam pertemuan bilateral dengan Menteri Luar Negeri Inggris, Liz Truss, di London.
Uji Tuntas adalah sebuah kebijakan yang diterapkan oleh pemerintah Inggris untuk memastikan bahwa para pelajar asing yang ingin belajar di negara tersebut memiliki kemampuan bahasa Inggris yang memadai untuk dapat mengikuti perkuliahan dengan baik. Namun, kebijakan ini telah menuai kontroversi karena dianggap diskriminatif terhadap pelajar dari negara-negara non-EEA (European Economic Area), termasuk Indonesia.
Menteri Airlangga Hartarto menyampaikan bahwa kebijakan Uji Tuntas yang diterapkan oleh pemerintah Inggris seharusnya bersifat objektif dan tidak diskriminatif. Ia menekankan bahwa pelajar Indonesia yang memiliki kemampuan akademik yang baik seharusnya diberikan kesempatan yang sama untuk belajar di negara tersebut tanpa adanya hambatan yang berlebihan.
Menteri Airlangga juga menegaskan bahwa Indonesia memiliki hubungan yang baik dengan Inggris dan berharap agar kebijakan Uji Tuntas dapat diterapkan secara adil dan transparan untuk semua pelajar asing, termasuk dari Indonesia. Ia juga menekankan pentingnya kerja sama antara kedua negara dalam bidang pendidikan untuk memajukan hubungan bilateral yang lebih baik di masa depan.
Dengan adanya permintaan ini, diharapkan pemerintah Inggris dapat mempertimbangkan ulang kebijakan Uji Tuntas yang diterapkan terhadap pelajar Indonesia dan memberikan perlakuan yang adil dan objektif bagi para pelajar asing yang ingin belajar di negara tersebut. Hal ini diharapkan dapat memperkuat hubungan antara Indonesia dan Inggris serta memberikan kesempatan yang sama bagi pelajar Indonesia untuk mengembangkan potensi akademik mereka di negara tersebut.