Boeing akui bersalah atas tuduhan penipuan kriminal 2 musibah 737 MAX
Boeing telah mengakui kesalahan atas tuduhan penipuan kriminal yang terkait dengan dua musibah fatal yang melibatkan pesawat 737 MAX. Perusahaan ini mengakui bahwa mereka telah memberikan informasi yang salah kepada otoritas penerbangan terkait dengan sistem pengendali penerbangan pesawat tersebut.
Musibah pertama terjadi pada bulan Oktober 2018, ketika pesawat Lion Air jatuh di Indonesia, menewaskan 189 orang. Musibah kedua terjadi lima bulan kemudian, ketika pesawat Ethiopian Airlines jatuh, menewaskan 157 orang. Kedua musibah tersebut disebabkan oleh kegagalan sistem pengendali penerbangan yang disebut sebagai sistem MCAS (Maneuvering Characteristics Augmentation System).
Boeing mengakui bahwa mereka telah memberikan informasi yang tidak akurat kepada otoritas penerbangan dan maskapai penerbangan tentang sistem MCAS. Mereka juga mengakui bahwa mereka telah gagal memberikan pelatihan yang memadai kepada para pilot terkait dengan sistem tersebut.
Akibat dari kesalahan tersebut, Boeing setuju untuk membayar denda sebesar $2,5 miliar kepada otoritas Amerika Serikat. Selain itu, perusahaan ini juga telah menyetujui perubahan dalam proses desain dan pengembangan pesawat, serta meningkatkan pelatihan kepada para pilot.
Keputusan Boeing untuk mengakui kesalahan ini diharapkan dapat memberikan kelegaan bagi keluarga korban dan juga memberikan pelajaran berharga bagi seluruh industri penerbangan. Kepedulian terhadap keselamatan harus tetap menjadi prioritas utama bagi semua pihak yang terlibat dalam industri ini.
Dengan mengakui kesalahan dan bertanggung jawab atas tindakan yang dilakukan, Boeing diharapkan dapat memperbaiki reputasinya dan kembali membangun kepercayaan masyarakat terhadap pesawat-produk mereka. Semoga kejadian tragis ini menjadi pembelajaran bagi semua pihak untuk selalu memprioritaskan keselamatan dalam setiap keputusan yang diambil.